Jumat, 07 Mei 2010

sejarah singkat poso


Pada mulanya penduduk yang mendiami daerah Poso berada di bawah
kekuasaan Pemerintah Raja-Raja yang terdiri dari Raja Poso, Raja
Napu, Raja Mori, Raja Tojo, Raja Una Una, dan Raja Bungku yang satu
sama lain tidak ada hubungannya.

Keenam wilayah kerajaan tersebut di bawah pengaruh tiga kerajaan,
yakni : Wilayah Bagian Selatan tunduk kepada Raja Luwu yang
berkedudukan di Palopo sedangkan Wilayah Bagian Utara tunduk dibawah
pengaruh Raja Sigi yang berkedudukan di Sigi (Daerah Kabupaten
Donggala) dan khusus wilayah bagian Timur yakni daerah Bungku
termasuk daerah kepulauan tunduk kepada Raja Ternate. Sejak Tahun
1880 Pemerintah Hindia Belanda di Sulawesi Bagian Utara mulai
menguasai Sulawesi Tengah dan secara berangsur-angsur berusaha untuk
melepaskan pengaruh Raja Luwu dan Raja Sigi di daerah Poso.

Terbagi Dua
Pada 1918 seluruh wilayah Sulawesi Tengah dalam lingkungan Kabupaten
Poso yang sekarang telah dikuasai oleh Belanda dan mulailah disusun
Pemerintah sipil. Kemudian oleh Pemerintah Belanda wilayah Poso
dalam tahun 1905-1918 terbagi dalam dua kekuasaan pemerintah,
sebagian masuk wilayah Keresidenan Manado yakni Onderafdeeling
(kewedanan) Kolonodale dan Bungku, sedangkan kedudukan raja-raja dan
wilayah kekuasaanya tetap dipertahankan dengan sebutan Self Bestuure-
Gabieden (wilayah kerajaan) berpegang pada peraturan yang
dikeluarkan oleh Pemerintah Belanda yang disebut Self Self Bestuure
Peraturan adat Kerajaan (hukum adat).

Pada 1919 seluruh wilayah Poso digabungkan dialihkan dalam wilayah
Keresidenan Manado di mana Sulawesi tengah terbagi dalam dua wilayah
yang disebut Afdeeling, yaitu: Afdeeling Donggala dengan ibukotanya
Donggala dan
Afdeeling Poso dengan ibukotanya Poso yang dipimpin oleh masing-
masing Asisten Residen.

Sejak 2 Desember 1948, Daerah Otonom Sulawesi Tengah terbentuk yang
meliputi Afdeeling Donggala dan Afdeeling Poso dengan Ibukotanya
Poso, yang terdiri dari tiga wilayah Onder Afdeeling Chef atau
lazimnya disebut pada waktu itu Kontroleur atau Hoofd Van
PoltselykBestuure (HPB).

Beberapa Distrik
Ketiga Onderafdeeling ini meliputi beberapa Landschap dan terbagi
dengan beberapa distrik yakni : Onderafdeeling Poso
meliputi :Landschap Poso Lage berkedudukan di Poso, Landschap Lore
berkedudukan di Wanga, Landschap Tojo berkedudukan di Ampana,
Landschap Una Una berkedudukan di Ampana. Onderafdeeling Bungku dan
Mori meliputi : Landschap Bungku berkedudukan di Bungku, Landschap
Mori berkedudukan di Mori. Onderafdeeling Luwuk meliputi : Landschap
Banggai berkedudukan di Luwuk. Disamping ketiga Onderafdeeling
tersebut diatas terdapat empat Onderafdeeling lainnya, yaitu :
Donggala , Palu, Toli Toli, dan Parigi.

Kemudian pada tahun 1949 setelah realisasi pembentukan Daerah Otonom
Sulawesi Tengah disusul dengan pembentukan Dewan Perwakilan Rakyat
Sul-Teng. Pembentukan Daerah Otonom Sul-Teng merupakan tindak lanjut
dari hasil Muktamar Raja-Raja se-Sul-Teng pada tanggal 13-14 Oktober
1948 di Parigi yang mencetuskan suara rakyat se-Sul-Teng agar dalam
lingkungan Pemerintah Negara Indonesia Timur (NIT). Sul-Teng dapat
berdiri sendiri dan ditetapkan bapak Rajawali Pusadan Ketua Dewan
Raja-Raja sebagai Kepala Daerah Otonom Sul-Teng.

Daerah Otonom
Selanjutnya, dengan melalui beberapa tahapan perjuangan rakyat
Sulawesi Tengah melalui Dewan Perwakilan Rakyat Sul-Teng yang
dipimpin oleh A.Y Binol pada tahun 1952 dikeluarkan PP No. 33 thn
1952 tentang pembentukan Daerah Otonom Sul-Teng yang terdiri dari
Onderafdeeling Poso, Luwuk Banggai dan Kolonodale dengan Ibukotanya
Poso dan daerah Otonom Donggala meliputi Onderafdeeling Donggala,
Palu, Parigi, dan Toli Toli dengan Ibukotanya Palu.

Pada tahun 1959 berdasarkan UU No. 29 Thn 1959 Daerah Otonom Poso
dipecah menjadi dua daerah Kabupaten yakni : Kabupaten Poso dengan
Ibukotanya Poso dan Kabupaten Luwuk Banggai dengan Ibukotanya Luwuk.

Kepala Daerah
Bupati Kepala Daerah yang pernah memerintah di Kabupaten Poso
berturut-turut, R. Pusadan (1948-1952), Abdul Latif Dg. Masiki (1952-
1954), Alimoeddin Dg. Matiro (1954-1956), Djafar Lapasere (1956-
1957), S.Kabo (1957-1959), A. Wahab (1959-1960), Ngitung (1960-
1962), Drs. B.L Sallata (1962-1966), Drs. Galib Lasahido (1967-
1973), Drs. R.P.M Koeswandi (1973-1984), Soegiono (1984-1988), Drs.
J.W Sarapang (1988-1989), Arief Patanga (1989-1999), Drs. H. Abdul
Muin Pusadan (1999-2004).Andi Azikin Sayuti (2004-2005), Drs. Piet
Ingkiriwan (2005 .).


====================================
KABUPATEN POSO
====================================
Poso terletak di pusat dari Sulawesi atau bahkan Indonesia, berjarak
221 Km dari ibukota propinsi, Palu. Memiliki danau terbesar di
Indonesia, yaitu Danau Poso dengan bentangan panjang 32 km dan lebar
16 km. Objeck wisata menarik yang ada disini adalah Taman Anggrek
Alam Saluopa, Air Terjun Sulewana, Danau Poso, Goa Pamona, Cagar
Alam Tanjung Api, dan banyak lagi yang lainnya.
Hasil dari sektor perkebunan antara lain, Cocoa, Kelapa, Cengkeh,
Kemiri dan Kopi.

Top of Form

30. jaanuar 2009. a. kell 5:08

Bottom of Form

0 komentar:

Posting Komentar